Kamis, 14 Desember 2017

Gegar Budaya Mahasiswa Baru Asal Padang

Oleh: Agus Yuliandrie


            Nama saya Agus Yuliandrie, seorang pemuda berdarah Minang yang berasal dari kota kecil yang berada di kabupaten AGAM yaitu Lubuk Basung. Saya lahir di Ranah Minang Suku GUCI yang merupakan salah satu suku di indonesia yang terletak di Provinsi Sumatra Barat.
            Pada tahun 2017 tepatnya pada bulan Agustus saya lulus dari SMA Negeri 2 Lubuk Basung dan diterima di salah satu perguruan tinggi di Indonesia yaitu Universitas Bengkulu yang berlokasikan di kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Saya diterima di perguruan tinggi ini melalui jalur SNMPTN dan diterima di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Komunikasi.
            Awalnya saya tidak pernah menyangka akan tiba di kota Bengkulu ini, sejak lahir saya belum pernah ke Bengkulu. Tetapi namanya takdir, kita tidak pernah memperkirakan hal yang tidak pernah terpikirkan oleh kita bisa terjadi. Dan sekarang saya menempuh pendidikan dan tinggal untuk beberapa tahun kedepan di Bengkulu.


            Waktu itu setelah penggumuman hasil SNMPTN keluar lalu dinyatakan lulus di Universitas Bengkulu saya berfikir dan membayangkan seperti apa Bengkulu itu dan dalam fikiran saya waktu itu Bengkulu itu merupakan kota besar dan memiliki segala fasilitas yang memadai karena menurut informasi yang saya dapatkan, Bengkulu ini merupakan salah satu kota yang bersejarah di Indonesia.
            Tetapi apa yang saya bayangkan pada saat itu tidak sesuai dengan apa yang saya temukan ketika saya tiba di Bengkulu ini. Meskipun di Bengkulu banyak tempat bersejarah sebagai bukti dan saksi bisu peristiwa-peristiwa bangsa ini dimasa lalu tetapi yang saya lihat tempat itu banyak sekali yang kurang dirawat dan terabaikan saja yang kurang mendapatkan perhatian.
            Saya kira awalnya Bengkulu ini kota yang memiliki segala-galanya yang apapun tersedia dan memiliki fasilitas yang memadai seperti transportasi, Ruang Publik dan lain sebagainya yang melebihi dari kota-kota lainnya. Tetapi pada kenyataan nya berbeda dengan apa yang saya kira sebelumnya padahal kota Bengkulu ini sangat memiliki potensi yang sangat luar biasa tetapi kurang nya perhatian dan fasilitas yang dimilikinya.
Walaupun demikian Bengkulu memiliki masyarakat yang baik dan ramah yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan selama 5 bulan ini saya menjalankan dan merasakan hidup sebagai anak rauntau yang mencoba mengadu nasib di kota ini merasa Bengkulu ini seperti di kampung saya sendiri karena adat istiadat dan gaya hidup masyarakat nya tidak begitu jauh berbeda dengan daerah asal saya, jadi disini saya tidak begitu sulit beradaptasi dengan lingkungan sosial masyarakat yang ada di Bengkulu.
            Harapan saya sebagai pemuda generasi penerus bangsa ini semoga saja kita generasi penerus bangsa bisa bersama-sama membangun kota ini yang memiliki potensi yang besar dan dapat melestarikan benda-benda dan tempat-tempat bersejarah yang ada di kota ini agar nantinya anak cucu kita kelak bisa tetap melihat dan menyaksikan salah satu bukti sejarah bangsa ini yang khususnya terletak di Provinsi Bengkulu ini.
          Ayo Pemuda Pemudi Bumi Raflesia Bangkit bersama membangun Bengkulu ini agar Bengkulu yang kita cintai ini dapat lebih baik dan tidak tertinggal dari daerah-daerah lainnya dan juga agar Bengkulu ini dapat lebih di kenal luas bahkan di tingkat Internasional.

Minggu, 03 Desember 2017

Malas Saat Belajar? Bagaimana mau sukses?!

Hai sahabat kampus! Pernah nggak sih kalian merasa malas? Atau mungkin sering? Kira-kira apa aja sih penyebab malas itu? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Malas adalah kondisi dimana seseorang sedang tidak bergairah dalam melakukan sesuatu. Ketidakmampuan seseorang dalam mencegah rasa malasnya itu dapat mengakibatkan terhambatnya pencapaian kesuksesan. Malas biasanya melanda di berbagai kalangan usia. Namun, kebanyakan malas justru banyak melanda kaum pemuda. Wah, apakah juga kamu termasuk salah satu orang yang pemalas sahabat kampus? Rasa malas ini tentunya sangat merugikan para pemuda yang sedang berkembang untuk menentukan masa depannya.
Di era yang serba modern ini tentunya membawa dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia. Selain dampak positif yang menguntungkan manusia, era modern ini juga cenderung memberikan dampak negatif yang tentunya sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, termasuk diantaranya membuat seseorang menjadi malas. Contohnya adalah internet sebagai hasil dari kecanggihan teknologi pada saat ini. Sebagai mahasiswa, internet merupakan komponen yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan kampus. Hal itu dikarenakan internet dapat mempermudah mashasiswa dalam mencari informasi. Namun dibalik itu semua, tidak dapat dipungkiri kalau internet juga sumber kemalasan mahasiswa. Contohnya saat dosen memberikan tugas, jawaban sudah ada di internet, mahasiswa tidak perlu lagi mencari buku. Akhirnya lama kelamaan mahasiswa jadi malas untuk belajar dan menjadi ketergantungan dengan internet. Wah, semoga sahabat kampus tidak seperti itu ya!
Ada dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya rasa malas, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Contoh dari faktor eksternal yaitu biasanya berasal dari pergaulan. Sedangkan faktor internal berasal dari manajemen waktu yang kurang tepat hingga menjadi kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Jadi, kalau sahabat kampus mengalami hal seperti ini, maka cobalah untuk mengintropeksi diri dan tanyakan pada diri sendiri kenapa kamu merasa malas. Karena malas itu nggak ada untungnya loh! Berikut ada beberapa tips yang bisa sahabat kampus coba untuk menghilangkan rasa malas ketika sedang belajar:
1.    Cobalah untuk memotivasi diri sendiri
Ketika rasa malas mulai menggoda, maka segeralah untuk mengubah pola pikir kamu. Cobalah untuk memotivasi diri dengan pikiran-pikiran yang dapat men-charge kembali ion-ion positif dalam diri kamu. Kamu bisa mulai memotivasi diri kamu dengan berpikir bahwa belajar adalah hal utama untuk mencapai kesuksesan. Yakinlah bahwa dengan kemampuan yang kamu miliki serta usaha yang lebih, kamu akan meraih apa yang menjadi impianmu!


2.    Buatlah prioritas belajar
Karena jadwal kuliah yang begitu padat, jangan sampai membuat kamu menjadi keteteran ya sahabat kampus. Cobalah untuk mengatur jadwal belajar sehingga sahabat kampus bisa tau mana yang lebih menjadi prioritas.



3.    Ciptakan suasana belajar
Saat proses belajar, kamu pasti sering menjumpai rasa bosan dalam belajar. Saat rasa bosan itu datang, coba buatlah suasana baru dengan apa yang sahabat kampus sukai. Misalnya belajar sambil ngemil, sambil mendengarkan radio atau musik, belajar dari youtube, dan lain sebagainya. Buatlah suasana yang dapat membuat kamu menjadi bersemangat kembali untuk belajar.


4.    Belajar dengan teman yang pandai dan rajin
Pergaulan merupakan faktor eksternal yang juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter dalam diri kita. Ketika sahabat kampus berkumpul dengan orang-orang yang suka bermalas-malasan, maka kamu pasti juga akan terpengaruh dan menjadi ikut bermalas-malasan juga. Cobalah untuk mendekati teman yang menurut sahabat kampus bisa mengajarkan materi perkuliahan yang belum sahabat kampus pahami. Sehingga dapat saling berinteraksi dan bertukar pikiran mengenai tugas dan materi perkuliahan. Eits, tapi jangan diartikan sebagai pilih-pilih teman loh ya. Tapi, alangkah baiknya kalau kita berteman dengan seseorang yang dapat memberikan dampak positif untuk diri kita.


Nah, itu tadi beberapa tips untuk mengurangi dan menghilangkan rasa malas sahabat kampus saat belajar. Selalu ingatlah bahwa mencapai cita-cita itu butuh perjuangan dan juga selalu ingat kalau biaya kuliah itu tidaklah murah. Karena orang yang sukses adalah orang yang tidak pernah berhenti mencoba dan selalu bersemangat dalam menjalankan segala sesuatu. Jadi, apakah sahabat kampus masih mau menjadi orang yang malas? Kalau tidak, ayo bangkit!
Sumber: roadtoptn21

(Oleh: Anggi Imroatun Soleha, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu)

PILIHAN


Oleh: Amma Sabrina Mashitah
foto: pinterest

“Sayang sekali ya, dengan nilai setinggi itu”.
“Kalau jadi kamu, aku mungkin sudah mendaftar di Perguruan tinggi di Ibu Kota“.
Aku hanya mengulum senyum mendengar ucapan kedua temanku sembari berseloroh.
“Aku itu gampang sekali homesick tahu, dan itu merepotkan. Kuliah di Ibu kota dan jauh dari orang tua? Rasanya pundakku belum kuat untuk menanggungnya haha “.
Tawaku terdengar canggung. Sial sekali, ternyata sulit  untuk berbohong didepan mereka! Aku harus menahan hidungku untuk tidak kembang kempis, sesuatu yang terus terjadi ketika aku sedang berbohong. Hal tersebut sering disebut dengan syndrom pinokio.
“Kamu lagi nggak berbohong kan ma? Hidung kamu kayaknya kembang kempis deh“ Winda mulai curiga.
“Haha si... siapa bilang? Ini gara-gara banyak sekali debu dirungan ini, hidungku jadi gatal dan ingin bersin-bersin“. Aku sedikit tergagap, dan sebelum kedua temanku semakin curiga aku langsung pamit diri untuk pergi ke kantin.
“Udah ah... Laper. Ke kantin dulu ya!“.  Dengan langkah cepat aku menyusuri koridor sekolah yang ramai di jam istirahat.
***
Diluar hujan, suaranya terdengar bergemuruh ketika menyentuh genteng rumah. Ibu sudah menutup pintu sedari tadi, menguncinya dengan dua kali putaran hingga terdengar bunyi krek. Ibu juga bilang tidak akan ada yang ingin bertamu dicuaca seperti ini. Ya, aku setuju. Orang-orang tentu lebih memilih untuk berteduh dan berlindung didalam rumahnya masing-masing, atau malah meringkuk dibawah selimut sembari mendengarkan album-album westlife persis seperti apa yang sering aku lakukan.
Sayangnya sekarang aku terjebak di ruang keluarga, demi membahas hal yang aku anggap sangat sakral.
“ Yah, Bu kakak lolos jadi peserta SNMPTN”. Ujarku membuka pembicaraan malam itu.
Ayah yang tengah serius membaca koran kala itu lantas mengalihkan pandangannya kearahku “ Bagus dong Kak ! berarti Kakak  bisa masuk kuliah tanpa tes.“
“Dan lantas tinggal pilih universitas dan jurusan yang ingin ditujukan Kak?“. Tanya ibu sembari tetap sibuk  membantu adikku membuat prakarya dari kerang.
“Hmmm iya sih Bu, tapi kan Kakak harus konsultasi sama Ibu dan Ayah dulu mau milih universitas apa“.
Ayah dan ibu tampak berpandangan, sejurus kemudian ayah langsung melipat koran dan menaruhnya diatas meja. Ibu menyusul dengan menyuruh adik untuk membuat prakaryanya sendiri. Aku tertegun, tak biasanya seperti ini. Meninggalkan koran yang sedang dibaca? Berarti obrolan ini akan menjadi sangat penting.
“jadi kak.... “ ayah mulai membuka suara, dan sesekali ditimpali oleh pernyataan dari ibu.
Aku mengangguk, mencoba mengerti setiap kata-kata yang aku dengar. Sayang sekali, jawaban yang diberikan oleh ayah dan ibu tampaknya tak sesuai dengan apa yang aku harapkan.
“Manusia itu  harus memilih ketika mempunyai pilihan. Tapi harus ikhlas menerima ketika pilihan itu yang memilih dia.“ Ayah menutup pembicaraan malam ini , lagi-lagi dengan kata yang tak bisa aku pahami.
***
Sudah 30 menit aku duduk di bangku semen, yang panjangnya hanya 120 cm tetapi dipaksa untuk menampung 8 orang. Hebatnya tidak ada yang meringis, mengeluh kesempitan. Termasuk aku. Ya, kita semua sedang menunggu gathering pertama sebagai mahasiswa baru jurusan Ilmu komunikasi. Dan tentunya hari ini akan sangat ramai.
“Siapa?“
“Ramah, kamu?“
“Dian dari Palembang “. Ujarnya sambil tersenyum kearahku.
Hebat sekali, hanya dalam 30 menit aku sudah mendapatkan 20 teman baru. Setidaknya itu yang aku ingat. Sekarang tinggal bagaimana caraku mengingat mereka semua, supaya dilain waktu dapat menyapa mereka dengan nama yang benar.
Tak berapa lama kakak-kakak senior menyuruh kami masuk ke ruang 11 di GB 2. Ruangan paling besar yang cukup menampung kami yang berjumlah 128 orang. Satu persatu topik mulai menjadi bahan pembicaraan diruangan ini, dari mengapa kami harus bersyukur masuk ilmu komunikasi hingga mengapa kami harus bertahan disini hingga akhir.
Aku duduk ditengah, dideretan bangku no lima. Menikmati setiap pembicaraan, dan mengamati setiap pembicara. Dan untuk pertama kalinya aku tak menyesali pilihan yang aku telah aku buat.
Sekarang aku mulai mengerti setiap kata-kata ayah dan ibu malam itu. aku memang tak sepantasnya memaksa kuliah di Ibu kota, apalagi dalam keadaan seperti ini. Adikku, Dillah juga harus melanjutkan sekolah di jenjang SMA. Dan tampaknya ibu juga begitu khawatir dengan sikapku yang jauh dari kata mandiri.
“Untuk mandi 2 hari sekali saja, Kakak harus dingatkan Kak“. Ucap ibu malam itu dengan raut penuh kecemasan. Takut sekali anaknya tak akan mandi jika jauh darinya.

Aku menarik nafas panjang. Ternyata ayah benar, manusia itu harus memilih ketika mempunyai pilihan. Tapi harus ikhlas menerima ketika pilihan itu yang memilih dia. Toh, Tuhan selalu mempunyai skenario indah disetiap waktunya, bukan? 

Senin, 20 November 2017

Pengalaman Berharga dari Kantor Berita Nasional

Perjalanan Studi Media Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMIKOM)

Pada hari Rabu (01/10/2017) saya beserta rombongan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi melakukan perjalanan ke Jakarta-Bandung. Perjalanan ini dilakukan dalam agenda studi media jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu. Studi media ini merupakan salah satu program kerja dari badan Penalaran & Keilmuan (PK) Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tujuan utama studi media ini adalah untuk menambah pengetahuan seputar dunia komunikasi serta membuka cakrawala berpikir dari mahasiswa Ilmu Komunikasi itu sendiri. Ada beberapa tempat yang menjadi tempat kunjungan utama dalam perjalanan ini. Dua diantaranya adalah Kantor Berita ANTARA dan Harian REPUBLIKA. Bagi saya, tidak lengkap rasanya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi yang juga mempelajari ilmu Jurnalistik apabila tidak berkunjung ke pusat jurnalistik.

Kami memulai perjalanan pada pukul 10.00 WIB dari Bandar Udara Fatmawati Soekarno Bengkulu. Kami tiba di Bandar Udara Soekarno Hatta sekitar pukul 11.00 WIB. Kunjungan pertama kami yaitu ke kantor Berita Harian Republika. Seperti yang kita ketahui bahwa Republika merupakan salah satu koran nasional yang di ada di Indonesia, jadi kami merasa beruntung dapat berkunjung dan menimba ilmu disini. Di kantor harian Republika kami disambut dengan sangat baik oleh para staf dan pimpinan redaksi Republika. Di ruangan rapat kantor Republika kami mendengarkan penjelasan dari pimpinan Republika mengenai sistem pembuatan koran dan juga mekanisme wartawan dalam mencari dan mengolah berita. Peserta studi media pun aktif bertanya saat diberikan waktu tanya jawab. Dari perbincangan ini, ada beberapa hal yang saya dapatkan yaitu bagaimana menjadi seorang jurnalis yang memiliki kredibilitas yang tinggi, kerja keras serta bertanggung jawab merupakan hal terpenting dalam pekerjaan.

Menjadi seorang jurnalis bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, melainkan kita dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Meskipun jurnalis bekerja dibawah tekanan, namun menjadi seorang jurnalis adalah pekerjaan yang menyenangkan dimana kita dapat terjun langsung untuk mencari berita, dapat bertemu orang-orang penting, berpetualang dan yang menjadi kepuasan tersendiri seorang jurnalis yaitu saat beritanya di publikasi dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi/berita. Setelah sharing dengan salah satu pimpinan Republika, kami juga berfoto bersama di depan gedung harian Republika yang bertempat di kawasan Jakarta Selatan ini.
Foto bersama didepan gedung Harian Republika

Selain ke Harian Republika, kunjungan inti lainnya yaitu ke Kantor Berita Antara. Kantor berita Antara yaitu satu-satunya kantor berita resmi yang berada dibawah naungan pemerintah Republik Indonesia. Sepak terjang Antara di dunia Pers Indonesia telah mengukir sejarah di buku catatan sejarah pers di Indonesia. Hingga saat ini Antara sudah memiliki usia 80 tahun atau 10 windu. Saat berkunjung ke kantor berita Antara, kami sangat terkesan dengan sambutan yang diberikan oleh pihak Antara. Kami disambut dengan sangat baik dan juga staf Antara yang sangat humble. Di kantor berita Antara, kami di suguhkan video profil Antara dan cuplikan video perjalanan Antara selama 10 windu. Di kantor berita Antara, kami melakukan sharing dengan Bapak Ahmat Wijaya selaku kepala redaksi Antara yang menjelaskan bagaimana proses Antara membuat dan menyebarkan berita. Diberitahukan juga  bahwa Antara Online melakukan publikasi hingga 800 berita setiap harinya. Bahkan, media lain pun banyak yang membuat berita yang bersumber dari Antara. Antara juga tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Termasuk juga diantaranya Bengkulu.

Dalam perbincangan kami, salah satu pembicara dari Antara yaitu Bapak Ahmat menjelaskan bahwa berkecimpung di dunia media merupakan bukanlah hal yang sepele. Konsisten menjadi seorang jurnalis itu sangatlah diperlukan. Tidak hanya lulusan jurnalistik ataupun komunikasi saja yang dapat menjadi seorang jurnalis. Dari jurusan lain pun tidak masalah kalau ingin menjadi seorang jurnalis, asalkan memiliki keahlian serta keseriusan untuk terjun ke dunia jurnalis. “menjadi jurnalis atau wartawan itu harus siap di segala hal. Siap untuk capek, siap untuk dipaksa, bahkan siap untuk bosan. Tapi menjadi wartawan adalah hal yang menyenangkan bagi saya”, ungkap Pak Ahmat. Selain melakukan sharing kami juga diajak untuk melihat ruang kerja Antara, ruang untuk koran, media online, dan juga untuk TV.


Saya sangat bersyukur dapat mengikuti perjalanan studi media ini. Melalui studi media ini saya dapat menambah pengalaman serta pengetahuan saya mengenai ilmu komunikasi yang ternyata sangat luas cakupannya. Saya harap studi media ini dapat dilaksanakan setiap tahunnya untuk menambah wawasan mahasiswa ilmu komunikasi serta dapat mengenal praktek dari disiplin ilmunya di lapangan. 

Selasa, 07 November 2017

Rumah Pengasingan Bung Karno

Rumah Pengasingan Ir. Soekarno dapat dikatakan sebagai salah satu ikon sejarah paling terkenal di provinsi Bengkulu. Kota Bengkulu, tepatnya daerah Anggut, menjadi saksi hidup pengasingan Presiden pertama Republik Indonesia itu ketika ditawan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dari tahun 1938 sampai 1942. Tanah yang dikenal sebagai Bumi Rafflesia ini juga menjadi tempat dimana Bung Karno berjumpa dengan Ibu Fatmawati yang kemudian dikenal sebagai Ibu Negara Pertama RI.

Model rumah bersejarah ini dapat dikatakan modern, tetapi tetap terasa sentuhan tradisionalnya. Bangunan terdiri atas tanah seluas 40.434 m2  dengan bangunan utama rumah berukuran 9 x 18,5   meliputi teras depan, ruang tamu, ruang kerja, kamar tamu, kamar tidur, dan teras belakang. Bangunan ini ditetapkan menjadi Cagar Budaya pada tahun 2004 malalui Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Ketika pengunjung masuk ke dalam rumah ini, akan nampak aset-aset bersejarah yang menjadi saksi bisu pengasingan Bung Karno selama di Bengkulu.

Sebagian besar aset yang ada di dalam bangunan ini merupakan aset asli yang dulunya digunakan oleh Bung Karno dan keluarga. Mulai dari sepeda asli buatan Jepang, buku-buku bacaan, meja dan kursi, kostum-kostum perkumpulan Monte Carlo, serta aset-aset tambahan seperti foto-foto yang dipajang di setiap sudut ruangan akan membuka wawasan para pengunjung mengenai sejarah pengasingan Bung Karno.
Selama pengasingannya di Bengkulu, Bung Karno dan istrinya, Inggit Garnasih banyak memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat Bengkulu. Perlumpulan Sandiwara Monte Carlo, misalnya, merupakan perkumpulan yang didirikan untuk merangkul para pemuda untuk ikut berkesenian. Selain itu juga, kontribusi Bung Karno dalam menyumbangkan pemikirannya untuk merancang bangunan Masjid Jamik, yang juga menjadi salah satu ikon sejarah di kota Bengkulu.

Menurut pengakuan Roni Aprianto selaku petugas yang menjaga rumah pengasingan Ir. Soekarno tersebut, pengunjung yang datang cukup banyak. Baik dari dalam dan luar kota, dalam seminggu terdapat lebih dari seratus orang pengunjung dan biasanya rumah ini paling banyak dikunjungi pada akhir pekan dan hari-hari libur. Hal ini menunjukkan bahwa rumah pengaingan Ir. Soekarno masih menjadi pilihan tujuan wisata masyarakat, khususnya bagi mereka yang peduli terhadap pelestarian peninggalan sejarah.

Tarif untuk masuk ke tempat wisata sejarah ini cukup murah, hanya dua ribu rupiah untuk anak-anak dan tiga ribu rupiah untuk dewasa. Tapi perlu diingat oleh pengunjung untuk tidak merusak aset yang ada dan tidak membawa makanan serta melepas alas kaki saat berkunjung ke dalam bangunan. Letak rumah pengasingan Ir. Soekarno sebagai wisata sejarah kota Bengkulu juga berdampingan dengan wisata oleh-oleh khas Bengkulu. Bagi pengunjung yang datang dari luar kota, dapat dengan mudah memperoleh makanan khas Bengkulu, kerajinan kulit kayu lantung dan juga batik kain Besurek yang dapat dibawa pulang sebagai buah tangan.

Rumah pengasingan Ir. Soekarno telah mengalami beberapa kali pemugaran atau direnovasi untuk menjaga kelestariannya. Pemerintah terus berupaya untuk melestarikan bangunan dan aset-aset bersejarah di dalam rumah ini. Tinggal bagaimana kita sebagai masyarakat, khususnya masyarakat Bengkulu untuk lebih peduli terhadap peninggalan sejarah yang sangat berharga di provinsi ini.

Kamis, 26 Oktober 2017

Setiap masyarakat mempunyai tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat, meskipun kadang-kadang masyarakat tidak semua mengerti tentang apa yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Pada sisi lain tradisi yang turun temurun pada masyarakat sejalan dengan kehidupan beragama. Adat kadang-kadang muncul sebagai medium pemersatu bagi masyarakat nya. Kebersatuan tersebut dapat dilihat ketika mereka melakukan seremonial tradisi, perbedaan latar belakang pemahaman bahkan keyakinan sekalipun dapat terlepaskan bila dibenturkan dengan aplikasi adat yang sifat nya mengakomodir seluruh masyarakat yang terkait. Pemandangan seperti ini dapat dilihat ketika perayaan tabot yang ada dibengkulu.
Saat ini seluruh masyarakat Bengkulu sedang mengadakan festival tabot yang setiap tahun diselenggarakan tepat nya pada tanggal 1 sampai 10 muhharam H (kalender arab). Festival tabot ini merupakan budaya masyarakat Bengkulu. Awal mulanya mengapa ada tabot dibengkulu adalah untuk memperingati gugurnya amir hussain, cucu nabi  muhhamad SAW, dipadang karbala irak. Ada kepercayaan di masyarakat Bengkulu jika tabot ini tidak diselenggarakan maka akan terjadi musibah ataupun bencana.
Sejak tahun 1990 pesta budaya tabot ditingkatkan menjadi festival wisata di provinsi Bengkulu dan telah menjadi budaya bagi masyarakat Bengkulu. Dalam festival tabot ada sebuah perayaan yang awal nya hanya berisikan upacara-upacara ritual yang ditambah dengan beberapa atraksi tambahan yang untuk gunanya untuk menghibur masyarakat dan wisatawan yang berkunjung. Tabot sendiri dilaksanakan selama 10 hari disitu masyarakat dan wisatawan dapat menyaksikan rangkaian ritual tabot dan dapat menikmati pergelaran seni budaya serta lomba-lomba kreasi seni tradisional Bengkulu.
Kata tabot itu sendiri berasal dari kata At-tabut yang artinya kotak atau peti. At-tabut sudah ada sejak zaman musa dan harun, pada masa itu at-tabut dibawa turun kebumi oleh malaikat. At-tabut ini adalah peti atau kotak untuk menyimpan jenazah pemimpin mereka. At-tabut dalm bentuk lain muncul pada waktu terjadi perang antara amir Hussein (cucu nabi Muhammad SAW) melawan kaum khawarij dipadang karbala irak. Dalam pertempuran di karbala amir Hussain dan pengikutnya mengalami kekalahan Karen jumlah pasukan mereka tidak seimbang. Amir Hussein sendiri gugur dengan tangan dan kepala yang terpisah dari badan. Tubuh amir hussain yang sudah tidak berkepala dan bertangan itu ditemukan oleh pengikutnya, maka turunlah bangunan aneh yang sangat indah dan mengankat tubuh amir hussain.
Para pengikut amir hussain menyayangkan pemimpin mereka ikut bergelantungan dibangunan yang indah itu dan terdengar suara yang berkata: “ kalau kamu saying kepada hussain, buatlah banguan berbentuk indah ini setiap sepuluh hari dalam bulan muhharam guna mengenang para syuhada yang gugur dipadang kurbala. Bangunan yang indah itu yang mengangkat tubuh hussain itu kemudian disebut tabot (dalam  dialek bahasa Bengkulu). Sejak saat itulah tabot dilaksanakan selama 10 hari dalam bulan muhharam oleh pengikut hussain.
Mungkin masih banyak diantara kita yang belum tahu tentang budaya yang sangat cantik, khas didaerah nya. Budaya yang satu ini bernama tabot, budaya khas asli diprovinsi Bengkulu, sebenarnya ada beberapa peralata yang harus dipersipkan dalam acara tabot ini seperti: pembuatan tabot, kenduri dan sesaji, perlengkapan music tabot, dan perlengkapan yang ilainnya yang diperlukan dalam acara tabot. Tabot sendiri juga kaya akan seni dan musik. Dalam perayaan tabot pelancong akan dapat melihat dan mendengarkan seni musik yang memiliki citra seni tersendiri seperti doll dan tassa. Alat music dalam upacara tabot ini biasanya ditabuh oleh seorang yang ahli dan trampil sehingga menghasilkanirama yang menggema menyerupai genderang perang.
Seni tari yang ditampilkan dalam perayaan Tabot juga memancarkankeunikan tersendiri. Para penari yang membawakannya berasal keluargakerukunan Tabot. Mereka membawakan tari telong-telong dan tari ikan-ikan,sebuah tarian-tarian yang dianggap wajib pada setiap kali perayaan Tabot. Berdasarkan kenyataan ini, tabot merupaka suatu kegiatan yang menarik untuk dilihat dan disaksikan karena mempunyai nilai-nilai budaya tinggi dan menyajikan berbagai cabang seni. Secara positif pelaksanaan tabot akan menumbuhkan motivasi bagi masyarakat untuk menghargai sebuah karya seni dan memberi peluang berkembang nya seni dan keterampilan.

Perayaan tabot sendiri berdampak positif dalam mebangun kerukunan lintas suku dibengkulu, karena tokoh-tokoh suku dibengkulu diundang menghadiri acara ritual tabot, meskipun belum mengakomodasi berbagai unsur adat yang berkembang dibengkulu. Tokoh agama yang diundang biasanya pada acara pembukaan dan pembuangan tabot. Secara umum tokoh agama dan pemuka masyarakat mengapresiasi positif terhadap keberadaan tabot sebagai sebuah asset budaya dari Bengkulu sekaligus potensi andalan Bengkulu. sebagian ulama memperingatkan agar kemasan atau prosesi tabot yang bernuasna mistik dikurangi atau bahkan dihilangkan karena akan berpotensi mejerumuskan akidah umat. Perayaan tabot juga mendatangkan rezeki bagi pedagang-pedagang kecil semua itu terjadi karena arus kedatangan para pengunjung baik dari dalam maupun luar provinsi Bengkulu, dampak nya akan meningkatkan volume usaha dan pendapatan pedangan, usaha jasa angkutan, retribusi daerah setempat. Untuk itu diperlukan komitmen, kemaun dan kemapuan oleh pemerintah dan rakyat.

Lepas Tabot Terbitlah Sampah


Bicara tentang budaya, ada salah satu budaya yang sangat identik dengan Bengkulu bahkan bisa dikatakan menjadi destinasi wisata budaya tahunan yang bisa di “jual” sebagai wonderfull Bengkulu. Diadakan setiap 1-10 Muharram dengan rangkaian kegiatan di dalamnya membuat banyak turis baik luar daerah hingga Turis nasional rela datang untuk melihat momen tahunan ini. Benar sekali, Tabot menjadi budaya yang sampai saat ini masih melekat sebagai ciri khas Bengkulu, malam tabot bersanding menjadi tujuan utama bagi mereka yang datang.
Layaknya momen lain yang mengundang orang banyak pastinya dimanfaatkan pedagang untuk berjualan dan meraup keuntungan, hal ini juga berlaku di festival tabot setiap tahunnya. Berdagang ini dan itu, menjual setiap yang menghasilkan dan untuk mereka yang kelaparan mata ini menjadi surga yang tak bisa dilewatkan. Haus dan lapar ketika berkeliling, memilih makanan dan minuman, membeli tanpa berpikir. Setelah hilang dahaga dan kenyanglah perut sisa makanan dengan plastik tempatnya ditinggalkan, dibuang tanpa ditoleh kembali.
Seperti telah menjadi budaya atau hal yang memang sudah melekat, permasalahan sampah seperti gunungan es di lautan. Sedikit yang terlihat namun serius jika ditelusuri. Menjadi rahasia umum memang jika kesadaran membuang sampah di Indonesia semakin menghilang. Bahkan ada yang berpura-pura tidak mengetahui malah saling menyalahkan untuk sampah yang sebenarnya mereka produksi sendiri. Saling tuduh dan menyalahkan ketika kemudian ditanyakan “sampah itu tanggung jawab siapa?” merasa bukan dia yang membuat tumpukannya tapi dia yang memulainya.
Lihat disepanjang jalan tabot dilalui, lihat ditempat tabot bersanding, lihat ditempat festival berlangsung setiap jangkahnya setiap sudutnya ada sampah yang ditinggalkan oleh pemiliknya, dibiarkan membusuk dan kotor. Bahkan berdasarkan hasil pemantauan saat festival tabot berlangsung di Bengkulu beberapa waktu yang lalu, jumlah sampah yang dihasilkan menyamai jumlah produksi sampah kota Bengkulu dalam satu hari.

Kemudian masyarakat hanya bisa saling tuduh dan menyalahkan, padahal ini merupakan tanggung jawab bersama. Sandingkan antara pemerintah dan aturannya, masyarakat dan kesadarannya serta bagaimana kita sebagai manusia saling menjaga.

Tabot, Tradisi Sakral atau Pesta Rakyat?


Seiringan dengan perjalanan waktu, upacara Tabot ini akhirnya berkembang dalam bentuk atraksi budaya dan hiburan rakyat di Bengkulu. Pada  awalnya inti dari upacara Tabot adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi'ah dan kaum nya mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamnya di Padang Karbala. Banyak kritikan dari berbagai elemen masyarakat terhadap pelaksanaan upacara Tabot. Satu hal yang paling mendasar dari semua kritikan tersebut adalah berubahnya fungsi upacara Tabot dari ritual bernuansa keagamaan menjadi sekedar festival kebudayaan . Hilangnya nilai-nilai sacralitas upacara Tabot semakin diperparah dengan munculnya apa yang kemudian dikenal sebagai Tabot pembangunan (Tabot yang keberadaannya karena diprogram oleh pemerintah dan berjumlah banyak). Karena dalam rangka pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah, pemerintah melihat tabot sebagai salah satu potensi terbesar yang diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan ke Bengkulu, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dari sudut pandang KKT tradisi acara Tabot di Bengkulu tak boleh ditinggalkan dan harus dilaksanakan setiap tahun oleh para keturunan ahli waris Tabot. Karena mitosnya jika tidak terlaksana akan menimbulkan bencana atau musibah terhadap KKT dan juga masyarakat Bengkulu.  Sedangkan dari sudut pandang masyarakat dan pemerintah, Tabot merupakan event, pesta, festival, seni pertunjukan tahunan yang menjadi aset kebudayaan masyarakat di Bengkulu . Berubahnya fungsi Tradisi Tabot dari ritual bernuansa keagamaan menjadi  festival kebudayaan ini nampaknya disebabkan oleh kenyataan bahwa yang melaksanakan upacara Tabut adalah orang-orang non-Syiah dan juga karena adanya campur tangan pemerintah (Tabot Pembangunan). Maka upacara Tabot  menjadi sekedar festival budaya yang kehilangan makna dasarnya, tetapi memberikan dampak untuk pengembangan kebudayaan daerah Bengkulu.