Kamis, 17 November 2016

Apakah transportasi umum bisa jadi lebih baik?

            Bengkulu merupakan sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bengkulu. Dan provinsi ini terletak di bagian barat daya Pulau Sumatera. Bengkulu merupakan sebuah provinsi yang masih berkembang. Saya tinggal di Kota Bengkulu tepatnya di Penurunan. Kota Bengkulu punya beberapa angkutan umum ataupun angkutan kota. Seperti delman, becak, angkot, ojek, dan taksi.
            Angkutan umum seperti delman dan becak sekarang susah sekali dijumpai terutama becak. Mungkin bagi kita yang sering ke pasar, kita cukup sering melihat becak. Namun ketika kita ada di kota, akan sangat sulit untuk melihat becak. Lain dengan delman, bagi anda yang suka berlibur ataupun hanya sekedar jalan-jalan ke Pantai Panjang yang merupakan salah satu tempat wisata di Kota Bengkulu, kalian pasti sering melihat delman. Karena delman sekarang digunakan sebagai salah satu transportasi bagi para pengunjung pantai yang ingin mengelilingi pantai. Namun delman juga sering kita jumpai di pasar sama halnya dengan becak. Untuk tarif becak dan delman saya sendiri kurang tau karena saya sudah lama sekali tidak naik becak ataupun delman.
            Ojek lumayan susah untuk dijumpai di daerah tempat saya tinggal. Ojek biasanya membuat sebuah tempat yang dinamakan “pangkalan ojek” dimana orang-orang bisa menemui ojek di sana.  Ojek merupakan kendaraan umum beroda dua atau yang kita sebut motor. Saya pribadi bisa dihitung hanya berapa kali pernah berpergian dengan ojek. Karena dibandingkan dengan ojek saya lebih nyaman dengan menaiki angkot. Di sini tarif ojek sesuai dengan seberapa jauh dan seberapa dekat tujuan yang kita tempuh. Namun kita masih bisa tawar-menawar soal tarif dengan si pengendara ojek.
            Taksi muncul di Kota Bengkulu baru dalam beberapa tahun terakhir. Jika kalian pernah ke BIM (Bengkulu Indah Mall), kalian pasti sering melihat taksi menunggu penumpang tepat di depan pintu masuk utama BIM. Taksi di Kota Bengkulu yang pernah  hampir saya naiki tidaklah menggunakan argo. Mereka hanya menyebutkan tarif ketika saya menyebutkan tempat tujuan saya. Contohnya saja, sewaktu itu saya dan ibu saya ingin pulang ke rumah sehabis kami dari BIM, namun hari sudah cukup larut sehingga susah untuk mencari angkot. Di sini saya iseng mengajak ibu saya untuk naik taksi karena jarak yang dekat. Dan kami pun bertanya kepada salah satu supir taksi berapa tarif yang harus kami bayar jika kami menuju penurunan atas, dan dia menjawab seingat saya sekitar Rp 30.000,00. Warga Kota Bengkulu mana yang mau membayar tarif sebesar itu jikalau berjalan kaki dari bim menuju rumah saya hanya memakan waktu sekitar 20 menit.
            Angkot merupakan singkatan dari “Angkutan Umum”. Angkot tidaklah susah ditemui di Kota Bengkulu. Karena jika kita berdiri di pinggir jalan saja walaupun tidak sedang menunggu angkot, angkot akan menghampiri kita. Namun berbeda halnya jika kita tinggal di dalam gang. Kita harus berjalan keluar dulu hingga ke pinggiran jalan raya, dan barulah di sana Kita bisa menemui angkot. Angkot di Kota Bengkulu trayeknya bukan berdasarkan angka atau huruf, tetapi berdasarkan warna. Ada angkot yang berwarna biru, putih, hijau, merah, dan kuning. Untuk arah angkot berdasarkan warna ini pun saya kurang tau jalur dan daerah mana saja yang mereka lewati. Namun karena saya pernah bersekolah di SMAN 5, jadi angkot yang saya gunakan dari rumah saya ke sekolah adalah dua angkot yaitu kuning dan hijau. Dari rumah saya naik angkot kuning, lalu menyambung dengan angkot hijau di Suprapto, karena angkot kuning tidak melewati daerah sawah lebar dan sekitarnya. Dan karena saya sekarang sedang kuliah di UNIB, angkot yang saya naiki untuk menuju UNIB juga sama dengan sewaktu saya sekolah. Namun dari rumah saya menuju UNIB bisa memakan waktu 20 menit jika saya naik angkot.
            Tarif angkot saat ini menjadi masalah bagi saya dan warga lainnya. Karena angkot sekarang memungut tarif Rp 4000,00 untuk umum, Rp 3000,00 untuk mahasiswa, dan Rp 2000,00 untuk pelajar. Jika saya naik angkot selama 1 hari bolak balik dari rumah saya ke kampus dan sebaliknya, itu akan mengeluarkan biaya Rp 12.000,00 dan itu bisa untuk bensin seliter yang cukup untuk tiga atau empat hari. Bayangkan saja jika saya naik angkot selama 5 hari, saya sudah mengeluarkan uang sebesar Rp 60.000,00 dimana itu sudah menghabisi setengah dari uang jajan saya.
            Cerita di atas benar jika saya setiap hari hanya bolak-balik kampus dan rumah saya. Namun berbeda halnya jika saya bepergian diluar jam kampus dengan menggunakan angkot. Di sini saya akan terkena biaya umum, dan si supir angkot tidak peduli apakah saya mahasiswa atau bukan. Contohnya saja, dari rumah saya ke BIM itu sangatlah dekat. Jika saya pergi dengan ibu saya, kami sudah mengeluarkan ongkos sebesar Rp 8.000,00 hanya untuk ke BIM yang jaraknya sangatlah tidak seberapa dari rumah saya. Sekarang ini banyak masyarakat mengeluh mengenai tarif angkutan kota yang satu ini. Karena tidak peduli apakah jarak yang ditempuh dekat atau jauh tarif yang kita bayarkan tetaplah sama. Selain tarif angkot, warga juga banyak mengeluh dikarenakan buruknya kondisi dari transportasi umum yang satu ini. Memang tidak semua angkot kondisi nya buruk, namun tetap saja di antara yang kondisi nya yang buruk itu rata-rata membuat para penumpang kurang nyaman.
            Sementara itu, akademisi Universitas Bengkulu, sekaligus pengamat transportasi dan Kebijakan Publik, Hardiansyah ST MT memprediksi Kota Bengkulu akan mengalami kemacetan parah pada 2017. Menurut dia, pada 2012, Kota Bengkulu sebagai ibu kota Provinsi Bengkulu sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda kemacetan. "Pada 2012 sudah mulai terlihat masyarakat semakin banyak menggunakan kendaraan pribadi dari pada kendaraan umum, pada 2013 kita harus menunggu dua kali lampu merah di perempatan jalan dalam kota kalau mau melanjutkan perjalanan, dan sekarang bisa menunggu tiga kali atau empat kali lampu merah menyala agar bisa melewati perempatan tersebut," ucapnya. Pada 2014 dan 2015, lama waktu tunggu perempatan jalan pun semakin bertambah, ini membuktikan masyarakat sudah meninggalkan model transportasi umum sebagai kebutuhan sehari-hari.
            Dari beberapa cerita di atas, saya sangat berharap pemerintah Kota Bengkulu bisa membuat transportasi yang efektif, nyaman, dan tentunya dengan tarif yang terjangkau. Di sini saya berharap pemerintah Kota Bengkulu bisa membuat transportasi layaknya busway yang ada di ibukota kita Jakarta. Namun alangkah baiknya jika bus ini menggunakan sistem yang digunakan Negara gingseng yaitu Korea Selatan. Jadi di sini saya akan menjelaskan sistem bus yang digunakan Korea dan saya sangat berharap hal ini bisa menjadi inspirasi untuk Kota Bengkulu dan tentunya bisa diterapkan. 
            Jalur pejalan kaki alias pedestrian di Korea Selatan sangatlah nyaman. Di sana hak para pejalan kaki sangatlah dihormati. Tidak seperti di Kota Bengkulu di mana trotoar yang seharusnya digunakan bagi pejalan kaki dan orang yang bersepeda, malah digunakan untuk berjualan dengan membangun kios-kios kecil. Namun di jalan raya Korea Selatan dikuasai oleh bus dan mobil. Karena bagi pejalan kaki dan orang yang bersepeda sudah ada jalurnya sendiri. Kendaraan roda dua di sana tidaklah populer seperti di Indonesia, kebanyakan digunakan untuk jasa antar barang atau sistem delivery.
            Nah, bus umum di sana berhentinya di halte. Dan setiap bus memiliki nomor yang mengklasifikasikan ke arah mana mereka “keliling”. Bus-bus ini hanya mengantarkan kalian dari satu halte bus ke halte bus yang lain. Yang terpenting tidak ada yang namanya kondektur. Begitu naik bus, kita masuk dari pintu depan, dan langsung membayar di alat di samping driver, dan untuk keluar gunakan pintu belakang yang terletak di tengah body bus. Jadi tidak seperti angkot yang hanya memiliki satu pintu sehingga berebut ketika ada yang ingin turun dan ada yang ingin naik. Bagaimana jika tujuan kita jauh dari halte bus? Tentu saja dengan jalan kaki. Jalan kaki merupakan hal yang sangat biasa di Korea. Dimanapun orang turun dari halte bus, mereka pasti berjalan kaki menuju rumah mereka atau tujuan mereka.
            Yang sangat saya suka dari bis di Korea Selatan ini adalah sistem membayarnya. Ada dua sistem pembayaran yang berlaku setiap kita menaiki bus ini. Yang pertama dengan membayar langsung dan yang kedua dengan menggunakan bus card. Opsi membayar langsung ini cocok bagi para turis dan bagi orang yang malas membuat bus card. Biayanya untuk naik bus ini rata-rata 1000KRW atau sekitar Rp 11.000,00. Dan soal kembalian uang kalian ketika membayar bus, tidak usah khawatir. Karena setelah kalian memasukkan uang kalian ke kotak khusus untuk membayar tunai, uang kembalian akan keluar dengan sendirinya namun dalam bentuk koin atau yang sering kita sebut uang receh. Namun dengan menggunakan opsi pertama ini kita akan membayar sedikit lebih mahal dibanding dengan mereka para pengguna opsi kedua. 
            Nah di opsi kedua ini tentu saja lebih efisien dalam jangka panjang. Kalian hanya perlu mengeluarkan uang untuk membeli bus card yang harganya paling murah 4000KRW atau sekitar Rp 44.000,00. Dengan bus card ini kalian tidak perlu membayar jika ingin transit dari satu bus ke bus yang lain. Cara penggunaanya, kalian tempelkan bus card pada kotak ber-angka digital yang ada di dekat pintu masuk bus, tentunya setelah kalian isi bus card kalian dengan uang yang bisa kalian lakukan di minimarket-minimarket terdekat. Jika kalian ingin transit, cukup tempelkan kembali bus card kalian ke “kotak digital” di dekat pintu turun (bentuknya sama persis dengan yang di pintu masuk) saat hendak turun. Setelah kalian tempelkan, ada jangka waktu tertentu agar kalian bisa transit gratis. Namun lebih dari jangka waktu tersebut, kalian perlu membayar lagi. Sistem kerja bus card ini lebih mirip pulsa, isi di minimarket terdekat, dan kartu inilah “tiket” kalian setiap naik bus di dalam kota.
            Sekian saran saya sebagai inspirasi untuk Kota Bengkulu, saya sangat berharap pemerintah bisa menerapkan sistem transportasi umum yang dapat membantu menghemat pengeluaran keuangan keluarga disaat semua harga kebutuhan pokok melonjak, termasuk bahan bakar minyak. Warga Kota Bengkulu butuh transportasi umum yang hemat, sehingga tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian sehari-harinya. (Meity Sela Fridasari)


0 komentar:

Posting Komentar