Jumat, 18 November 2016

PUSPA LANGKA SEBAGAI IKON IDENTITAS BENGKULU



Jika seandainya anda bertempat tinggal di luar Bengkulu dan berencana berlibur, akankah anda memasukkan Bengkulu dalam daftar destinasi liburan anda? Atau jika seseorang memberikan paket liburan gratis ke Bengkulu, apa yang pertama kali terlintas di benak anda mengenai Bengkulu?
            Julukan “The Land of Rafllesia” sepertinya kurang didengungkan di telinga orang-orang yang menginjakkan kakinya di Bengkulu. Tidak banyak orang yang tahu bahwa bunga terbesar di dunia, bunga Rafflesia, tumbuh subur di tanah Bengkulu. Sangat disayangkan karena bunga Rafflesia dianggap sebagai identitas daerah Bengkulu bahkan juga menjadi ikon pariwisata.
            Bagi masyarakat Bengkulu, Rafflesia bukanlah sesuatu yang asing. Tapi bagaimana dengan para turis atau orang-orang yang sekadar singgah di Bengkulu? Apakah ada hal membekas tentang Bengkulu di benak mereka setelah menginjakkan kaki di Bengkulu? Sepertinya jawaban pertanyaan tersebut jauh dari kata “iya”.
            Seharusnya  untuk masyarakat Indonesia, bunga Rafflesia bukanlah hal asing dalam ilmu pengetahuan. Karena beberapa buku pelajaran baik di Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi banyak membahas tentang bunga Rafflesia. Meskipun tidak dibahas secara luas dan mendalam, tetapi sudah sepatutnya kita mengenal bunga unik ini.
            Mari berkenalan dengan puspa kebanggaan Bengkulu, Rafflesia arnoldii!
            Provinsi Bengkulu merupakan sedikit dari provinsi di Indonesia yang memiliki tumbuhan endemik pemecah rekor dunia. Warisan alam yang sangat mengagumkan tersebut adalah Rafflesia arnoldii, Amorphophalus titanum, Amorphophalus gigas, dan Gramatophyllum specium.
            Berdasarkan Kepres No. 4 tahun 1993 tentang satwa dan Bunga Nasional, bunga Rafflesia merupakan salah satu puspa langka dari tiga bungan nasional Indonesia mendampingi puspa bangsa (melati putih) dan puspa pesona (anggrek bulan). Sebagai masyarakat Bengkulu kita pasti bangga dengan tanah subur yang ditumbuhi puspa langka di Indonesia bahkan di dunia.
            Sejarah mencatat bahwa bunga Rafflesia arnoldii pertama kali ditemukan pada tahun 1818 oleh Dr. Joseph Arnold dengan pemandu ekspedisi Thomas Stanford Raffles. Nama Rafflesia arnoldii merupakan nama yang diberikan sesuai nama penemunya tersebut. Namun, ada masyarakat Bengkulu berpendapat bahwa Rafflesia arnoldiiditemukan pertama kali oleh penduduk asli Bengkulu karena mereka sering keluar masuk hutan untuk mencari makan. Tapi karena ilmu pengetahuan yang kurang memadai, mereka tidak menyedari bahwa yang mereka temukan itu akan menjadi sesuatu yang luar biasa kelak.
            Secara morfologis, Rafflesia arnoldii memiliki bunga melebar dengan lima mahkota bunga. Bunga raksasa ini tidak memiliki batang, daun dan batang, jadi tanaman ini tidak melakukan fotosintesis. Bunganya berwarna oranye atau merah bata terang dengan bintik-bintik berwarna putih, memiliki masa pertumbuhan sekitar sembilah bula dan masa mekar hanya lima sampai tujuh hari. Meskipun terlihat cantik, bunga ini mengeluarkan bau menyengat sperti bau busuk yang berguna sebagai perangkap serangga yang dapat membantu penyerbukan. Unik bukan?
            Keunikan bunga Rafflesia arnoldii seharusnya menjadi “dongkrak” yang mengangkat nama Bengkulu di tingkat nasional bahkan internasional. Bahkan karena kelangkaannya bunga ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak, seperti Komunitas Puspa Peduli Puspa Langka (KPPL) yang berkomitmen mempromosikan keberadaan puspa langka Bengkulu ke dunia dan (WWF) yang melakukan koservasi terhadap Rafflesia arnoldii untuk melestarikan fauna langka yang ada di Bengkulu.
            Kita mungkin akan tercengang mendengar cerita dari Sofian Rafflesia, Koordinator KPPL, bahwa pernah ada seorang Pustakawan Biologi bernama Eiji Yokohama yang datang dari Tokyo, Jepang, ke Bengkulu utuk melihat puspa langka kebanggaan Bengkulu. Ketertarikan Eiji untuk melihat mekarnya bunga Rafflesia patut diapresiasi luar biasa. Masyarakat Indonesia saja belum tentu terpikir untuk datang menyaksikan merekahnya kelopak bunga Rafflesia yang tumbuh dan hidup di tanah bangsanya sendiri.
            Bunga Rafflesia arnoldii bukanlah satu-satunya bunga Rafflesia yang ada di Indonesia. Salah satu jenis Rafflesia lainnya ada di kebun Raya Bogor, yaitu Rafflesia patma tapi memiliki ukuran lebih kecil dengan warna merah puca dan bercak yang hampir tak terlihat. Saat Rafflesia patma mekar di kebun Raya Bogor pada tahun 2012, beritanya diumumkan di sepanjang jalan kota Bogor melalui spanduk-spanduk. Begitu antusiasnya masyarakat Bogor sehingga waktu itu kebun Raya Bogor dipenuhi pengunjung untuk melihat mekarnya Rafflesia patma.
            Diperlukan beberapa upaya untuk meningkatkan antusiasme masyarakat Indonesia bahkan dunia akan ketertarikan terhadap Rafflesia arnoldii. Pertama-tama yang harus ditingkatkan adalah antusiasme masyarakat daerah tempat tumbuhnya puspa langka ini. Salah satu cara terbaik adalah mempromosikan Bengkulu sebagai “The Land of Rafflesia” ke seluruh dunia. Saat ini memang telah banyak sekali pemberitaan tentang berbagai puspa kebanggaan Bengkulu, baik melalui internet maupun media cetak. Tapi diperlukan juga rasa berbeda yang akan membekas di benak orang-orang yang menapak tanah Bengkulu karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk melihat mekarnya bunga Rafflesia.
            Mengangkat kembali peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang peringatannya diadakan di Bandung pada 2015 lampau. Banyak sekali ikon-ikon KAA di kota Bandung direvitalisasi seperti lampu-lampu, tugu dasasila, bola batu serta Tugu Global yang menjadi ikon baru kota Bandung. Berbagai ikon kebanggaan kota Bandung dibangun disepanjang jalan Bandung. Konferensi yang telah diadakan lebih dari setengah abad lalu itu seakan-akan hidup kembali di kota itu. Bukan main antusias luar biasa dari masyarakat, jalanan Bandung dipenuhi oleh orang-orang yang ingin merasakan langsung suasana KAA di Bandung. Tak hanya warga Bandung, banyak orang berdatangan dari luar Bandung bahkan tak sedikit pula wisatawan asing tertarik berkunjung ke kota itu. Bayangkan bagaimana antusiasme yang begitu besar yang terjadi saat itu. Bengkulu juga bukan tidak mungkin melakukan hal serupa, membangkitkan antusiasme dunia untuk melihat puspa kebanggan Bengkulu.
            Bengkulu dengan julukan “The Land of Rafflesia” sangat berpeluang untuk disuarakan di kancah internasional. Dianggap berpotensi juga karena banyaknya tempat wisata di berbagai daerah di provinsi Bengulu. Hanya saja diperlukan cara untuk mengkomunikasikan keindahan dan keunikan Rafflesia kepada wisatawan yang bekunjung ke Bengkulu. Rasa berbeda yang membuat mereka langsung mengenal bahwa Bengkulu merupakan rumah bagi empat tumbuhan endemik yang memecahkan rekor dunia dengan bunga terbesar Rafflesia arnoldii.
Selain meningkatkan promosi, ikon-ikon Rafflesia seharusnya lebih diperbanyak di berbagai tempat di Bengkulu, pada tempat wisata, bandar udara, angkutan umum, pinggiran jalan raya kota Bengkulu, bahkan halte dan berbagai tempat umum lainnya. Bisa saja ditumbuhkan dalam bentuk patung atau monumen yang dibangun di berbagai tempat wisata yang ada di provinsi Bengkulu. Atau memunculkan ikon ini di sepanjang jalan Suprapto, jalan Abidin dan berbagai jalan yang menjadi pusat keramaian di kota Bengkulu. Dan juga memperbanyak informasi berbentuk media cetak di jalan raya mengenai masa bertumbuh dan masa mekarnya bunga Rafflesia. Berjalan di jalan Bengkulu pasti dapat merasakan mekarnya puspa kebanggaan Bengkulu meski hanya replika semata.
            Dengan banyaknya ikon-ikon bunga Rafflesia yang ditampilkan, dapat dipastikan bahwa setiap orang akan mengenal Bengkulu sebagai buminya Rafflesia. Dampaknya akan sangat dirasakan dalam bidang pariwisata Bengkulu. Dengan meningkatnya antusiasme wisatawan terhadap wisata Bengkulu maka jumlah wisatawan yang datang ke Bengkulu pun dapat bertambah. Tentu saja wisatawan dapat merasakan liburan berkesan di Bengkulu, dan gema Bengkulu buminya rafflesia akan membekas di benak mereka.
            Memperkenalkan Bengkulu kepada dunia tentu membutuhkan beberapa upaya peningkatan berbagai sektor. Mulai dari berbagai fasilitas umum di berbagai tempat wisata hingga pelayanan masyarakat yang memadai. Fasilitas umum seperti transportasi, halte bus, tata pasar, lampu jalan, tempat sampah hingga pelayanan kesehatan harus ditingkatkan untuk kenyamanan para wisatawan. Termasuk juga salah satu permasalahan sampah yang patut mendapat perhatian khusus di Bengkulu. Apalagi sampah-sampah di berbagai tempat wisata Bengkulu khususnya di sepanjang wisata pantai. Pengunjung dan para pedagang sekitar tempat wisata seharusnya ditingkatkan kesadarannya untuk menjaga dan melestarikan kebersihan lingkungan. Salah satu upaya mengurangi sampah adalah dengan peningkatan fasilitas tempat sampah, karena masih jarang ditemukan tempat sampah memadai di sepanjang pantai wisata Bengkulu.
            Melihat dan menikmati banyaknya ikon bunga Rafflesia tentu akan membuat setiap orang yang menapaki tanah Bengkulu turut merasakan mekarnya puspa kebanggaan tersebut. Sehingga ada sesuatu yang mereka bawa sebagai oleh-oleh yang akan diceritakan dan dibagikan kepada sanak dan kawan, bahwa Bengkulu merupakan buminya Rafflesia.
            Suarakan Bengkulu kepada dunia, suarakan “The Land of Rafflesia”! (Elda Br Siagian)

0 komentar:

Posting Komentar